Banyuwangi – Bulan ini, Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf) kembali singgah di Bumi Blambangan setelah 10 Oktober
lalu melakukan MoU dengan Pemda Kabupaten Banyuwangi. Kedatangan Bekraf kali
ini bertujuan untuk mengadakan Workshop Packaging yang dilaksanakan sejak 13
Desember 2016 lalu hingga hari ini di Hotel Ketapang Indah Banyuwangi.
Workshop
berbasis edukasi ini diselenggarakan oleh Direktorat Edukasi Ekonomi Kreatif
Deputi Riset, Edukasi dan Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang
diikuti oleh 40 para pelaku ekonomi kreatif di Banyuwangi. Para peserta
tersebut membawa masing-masing dari produk mereka untuk dilakukan studi kasus. Kegiatan
ini merupakan agenda tahunan Bekraf untuk mengedukasi publik khususnya di
bidang ekonomi kreatif yang juga diselenggarakan di lebih dari 10 kabupaten
maupun kota di Indonesia.
Kepala Subdit
Edukasi Ekonomi Kreatif untuk Publik, Dr. Mohammad Amin, M.Sn., M.A menuturkan,
ke depan ekonomi kreatif sebuah industri yang menggerakkan kreativitas,
dianggap akan menjadi pengganti ekonomi-ekonomi yang berbasis komoditas.
Workshop Packaging ini sangat penting, sebab bisa menaikkan nilai tambah. Selain
itu, pelaku kreatif kurang memperhatikan design kemasan. Walau rasanya enak,
tapi menganggap design kemasan tidak penting, maka mutunya kurang. Pariwisata
dan ekonomi kreatif tidak bisa dipisahkan. Dengan adanya packaging seperti ini,
diharapkan akan membantu program pemerintah saat ini dan memunculkan karya
kriya, fashion yang mempunyai identitas Banyuwangi. “Syukurnya, orang Banyuwangi ini inisiatif.
Mau jemput bola lah, bukan menunggu bola”, tambahnya.
dari kanan : Hary Cahya Purnomo, Mohammad Amin, Lukman Hakim dan Tim Bekraf.
Dari 16
subsektor di bawah naungan Bekraf, hanya empat subsektor yang diprioritaskan
dalam agenda workshop ini. Yaitu kriya, kuliner, fashion dan design. Keempat hal
tersebut merupakan Program Unggulan Bekraf yang menjadi skala prioritas. Workshop
ini sendiri dihadiri oleh Dra. Poppy Savitri (Direktur Edukasi Ekonomi Kreatif)
dan Toar R.E Mangaribi, S.H.,M.Si (Kasubdit Edukasi Sub Sektor Ekonomi Kreatif)
selaku narasumber. Tak hanya itu, Kepala Disperindagtam Banyuwangi, Ir. Hary
Cahya Purnomo, M.Si juga turut hadir. Ia mensupport penuh mengenai agenda
tahunan Bekraf tersebut. “Di era globalisasi ini, peningkatan kualitas yang
berdaya saing sangat dibutuhkan. Adanya MoU dengan Bekraf diharapkan bisa
memberikan perubahan yang highly
significant untuk peningkatan daya saing produk dan kemasan dengan konsep
membuat branding yang jauh lebih bagus”, tuturnya.
Dengan
memperhitungkan Banyuwangi yang memiliki luas 3 Satuan Wilayah Pengembangan
(SWP), bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi di pintu gerbang sebelah timur
Pulau Jawa ini memiliki peluang peningkatan yang besar. Hal itu terbukti dengan
meningkatnya income per kapita yang
semula hanya 19,2 juta rupiah menjadi 37,5 juta rupiah per tahun. Tak hanya
itu, kini banyak UKM dan industri kreatif yang bermunculan. Sehingga, kegiatan
workshop semacam ini tentunya mendapat respon positif dari para pelaku ekonomi
kreatif. "Acara workshop packaging ini memberikan wawasan baru
bagi pelaku UKM tentang branding, labelling dan packaging. Kita dituntut untuk bisa mengemas produk menjadi lebih
menarik dan meningkatkan nilai jual. Harapannya, setelah mendapat workshop ini
para pelaku UKM bisa meningkatkan kualitas produknya terutama dalam hal packaging, sehingga dapat berpengaruh
dalam marketing produk", ungkap
Hendra Febri, salah satu peserta workshop yang sekaligus owner Lucitak.
Sebagai tindak
lanjut perkembangan ekonomi kreatif dari 6 Deputi di bawah naungan Bekraf, Amin
mengungkapkan bahwa Banyuwangi akan menjadi salah satu kabupaten yang
diagendakan untuk program IKKON di tahun 2017 mendatang. Program IKKON sendiri merupakan
Inovasi Kreatif Kolaborasi Nusantara yang mengajak para pelaku kreatif lokal
untuk berkolaborasi dengan para ahli di bidangnya. Baik itu di subsektor fashion,
fotografi, desain komunikasi visual, video, dan beberapa subsektor lainnya.(EMS)